MOVIE REVIEW X-MEN APOCALYPSE

BERTARUNG & BERTAHAN
Cover Film

Charles: “It’s all of us, against a god!”
Raven: “Let’s go to war”

Apa yang paling kita harapkan ketika menonton X-Men? Sederhana saja. Kita ingin tahu kemampuan “X” apa yang dimiliki masing-masing karakternya. Hanya dengan itu imaji visual kita terpuaskan, bahkan sejak film pertamanya. Namun, kali ini yang disuguhkan tak hanya soal kemampuannya tetapi penjabaran holistik tentang setiap penokohan dan relasinya dengan tokoh lainnya. X-Men Apocalypse, akan sedetail itu.

Detik pertama diawali oleh sebuah narasi tentang dualisme persepsi tentang “gifted”. Sesuatu hal spesial yang terberi kepada kita dibanding manusia pada umumnya, bisa jadi menghidupkan sesama atau membuat kita salah berpikir bahwa kita adalah penguasa dunia.

Penampakan Apocalypse lumayan seram bagi saya
En Sabah Nur atau nantinya disebut dengan Apocalypse (Oscar Issac) membuktikan ide bahwa hanya karena konstruksi profetik atas dirinya oleh para punggawa mutant juga masyarakat di Egypt pada tahun 3.600 bc dan digadang-gadang sebagai mutant pertama, ia merasa bahwa ia adalah seorang God. Untuk menjaga eksistensi abadinya, ia perlu tubuh mutant baru untuk transfer jiwa dan kesadarannya.

Hanya, tak semua selalu berjalan lancar, selalu ada yang tidak suka dan selalu ada pengkhianat. Bahkan kepada seorang dewa sekalipun. Bencana besar dari kekacauan proses ritual inilah yang menghubungkan 3.600 bc ke perkembangan mutant tahun 1983an sebagai latar waktunya.

Berbicara soal kelanjutan alur ceritanya, X-Men Apocalypse membawa rangkaian plot yang rumit. Berfokus sepanjang film sangatlah penting untuk memahami setiap scene. Penonton akan diajak merangkaikan sendiri jalinan cerita masing-masing tokoh dan korelasi dengan cerita besarnya.

Team Professor X
Bila dalam X-Men: First Class (2011) mengulik kisah historis para pendiri X-Men, maka kali ini yang dibahas adalah histori tentang perjalanan para murid-murid Professor X yang dulunya masih muda. Mereka adalah Scott Summers a.k.a Cyclops (Tye Sheridan), Jean Grey (Sophie Turner), Jubilation Lee a.k.a Jubille (Lana Condor), bahkan Kurt Wagner a.k.a Nightcrawler (Kodi Smith-McPhee). Anggota X-Men awal yang sudah beranjak dewasa pun ada, yakni di antaranya Alex a.k.a Havoc, Peter a.k.a Quicksilver (Evan Peters). Tak lupa Beast (Nicholas Hault) dan Mystique (Jennifer Lawrence)

The Four Horsemen
Seperti yang pembaca sudah liat di Trailernya, Apocalypse mencari The Four Horsemen. Ia nantinya akan menemukan mutant baru yang unik dan kuat seperti Storm (Alexandra Shipp), Psylocke (Olivia Munn), Angel (Ben Hardy) dan tentu siapa lagi kalau bukan, Magneto. Tugas mereka sebetulnya mudah: membantu ide apokalipstik tak masuk akal dari Apocalypse.

Beruntung, di Xavier School, Jean yang masih muda dan masih belum bisa mengendalikan pikirannya, memvisualisasikan tentang sebuah kehancuran dahsyat dari dunia yang bukan disebabkan oleh kekuatan dirinya tetapi lebih besar dari itu. Nantinya, Jean akan menjadi kunci utama dalam film ini.

Selain membicarakan visi absurd dari Apocalypse, selalu ada yang kurang lengkap rasanya bila tidak membicarakan hubungan Mystique (Jennifer Lawrence), Magneto (Michael Fassbender) dan Professor X (James McAvoy). Mereka yang lama hilang, pada ujungnya akan kembali lagi bertemu Professor X. Yang paling menarik adalah film ini berhasil untuk mengintimkan kedekatan antara ketiganya dengan tidak letih-letihnya menyadarkan dan mengajak kepada suatu kehidupan yang lebih baik. Betapapun kerasnya hati Erik Lensher. Betapapun independennya Raven dan betapapun naifnya Charles. Sedikit catatan tentang Erik, di film ini, kita akan sangat diajak bersimpati tentang kisah dirinya. Hidupnya memang yang paling serba salah dibanding seluruh mutant lainnya.

“IS THIS WHAT YOU WANT FROM ME??!!”
“THIS IS ME??!!”
-Magneto-

Kita juga harus memberi apresisasi kepada sutradara dan pembuat naskah ceritanya tentang pembagian prosi tokoh mutant pembantu di film ini. Film ini tidak pelit memberi ruang mutant lain untuk mengekspokse kekuatannya. Salah satu scene favorit saya adalah ketika Quicksilver baru saja datang dan malah melihat kekacauan ke Xavier School yang hampir hancur sehingga harus membantu satu per satu murid-murid keluar dari sekolah. Penggambaran heroik yang benar-benar memanjakan mata.

Peter a.k.a Quicksilver. What a really cool!!
Bertumpu pada akting permainan watak sangat diperankan oleh Nightcrawler dengan religiusitas dan tingkah konyolnya, Charles dan Jean yang benar-benar menggambarkan sosok pendidik-pembelajar, hingga segala perpindahan watak yang luar biasa dari sesosok Ayah yang loveable hingga menuju kesedihan dan amarah terbesar Magneto oleh Michael Fassbender. Bahkan, Olivia Munn dan Sophie Turner cantik sekali di film ini.


                  “UNLEASHED YOUR POWER, JEAN!! 
-Professor X-

Terakhir, terlepas dari premis utama tentang ide apokalipstik yang sudah banyak sekali digunakan di banyak film lain. Kolonel Stryker yang tetap menyebalkan. Dan, meski kita sudah tahu dari awal bahwa intinya tim X-Men akan menang, film ini tetap akan mengisi waktu kalian secara menyenangkan. Benar-benar menyenangkan. Kita akan cukup puas dimanjakan secara visual sejak awal film, ditambah segala BGM, Soundtrack, ketepatan kontekstualitas latar di tahun 1983.

Trims sudah membaca. Add Twitter & Instagramku ya :)


Produksi: Twentieth Century Fox Film Corporation, Marvel Entertainment | Sutradara: Bryan Singer | Penulis: Simon Kinberg, Bryen Singer | Pemain: James McAvoy, Michael Fassbender, Jennifer Lawrence, Nicholas Hault, Oscar Issac, Rose Bryne, Evan Peters, Sophie Turner, Tye Sheridan | Runtime: 2 jam 24 menit

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer