[MOVIE REVIEW] NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI (2020)


NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI
Follow my IG @ersabossa
“Biarkan kegelapanmu menemukan titik terang baru”
Isyana Sarasvati

Ini film yang dalam taksiran saya akan mudah disukai oleh penonton. Bisa jadi disukai karena ceritanya. Disukai karena Ardhito nya. Disukai karena hype-nya. Dan, disukai karena relevansinya terhadap kehidupan sang penonton. Yaps, benar, bahkan tanpa perlu sebuah viralitas atas bukunya, NKCTHI akan tetap menyentuh khalayak karena menyuguhkan roman keluarga yang memang kita semua miliki dalam kehidupan nyata sehari-hari.
NKCTHI berdiri pada cerita yang menegaskan kehangatan sebuah keluarga justru lewat segala kemuraman kisah masing-masing anggota keluarganya. Narasi awal benar-benar menjadi pembatas yang benar-benar menjaga kerapihan dan kenyamanan kita dalam menyimak ceritanya dengan baik dan benar. Film dimulai dengan sebuah pernyataan kurang lebih begini, “banyak orang bilang cerita dimulai sejak kita lahir, padahal ada cerita sebelum kita”. Saya pribadi merasa bahwa narasi tersebut cerdik. Mengapa? Setidaknya ada dua hal yang bisa segera kita simpulkan: di luar obrolan strategi marketing, pernyataan tersebut merefleksikan logika umum yang memang benar adanya bahwa kita jangan melihat cerita diri kita sebatas diri dan awal mula kehidupan kita saja, alias kita harus mempertimbangkan bahwa cerita hidup kita juga sangat terkait dengan cerita-cerita orang-orang di sekeliling kita, minimal anggota keluarga. Kedua, oleh karena kita harus mempertimbangkan cerita sang liyan, maka ruang cerita ini (baik di buku ataupun di film) bisa dikembangkan secara luas, sehingga baik si penulis ataupun sutradara tidak akan mempersulit dirinya berkutat pada satu tokoh sentral karena potensi membosankannya akan jauh lebih besar.
Semua bermula dari Narendra (Donny Damara), sosok ayah dari tipikal keluarga kelas menengah atas ibu kota yang over protektif terhadap anaknya bontotnya, Awan (Rachel Amanda). Usut punya usut, perilakunya muncul terkait peristiwa saat istrinya sedang mengandung Awan pada masa silam. Tertimpa kejadian tidak mengenakkan bagi keluarga nyata sekalipun dan sejak saat itu penonton akan tahu bahwa semua tidak akan berjalan baik-baik saja.
Ketidakmampuan Narendra mengatasi rasa cemas berlebihan terhadap anak kemudian merembet pada beban yang harus dipikul bertahun-tahun oleh anak pertamanya, Angkasa (Rio Dewanto) yang didapuk untuk menjaga adik-adiknya bagaimanapun caranya. Sedangkan, anak keduanya, Aurora (Sheila Dara) merasa semakin kehilangan sosok ayahnya yang selalu memperhatikan Awan. Jadilah dua anak itu terpaksa memaklumi kondisi keluarganya yang kian memprihatinkan secara psikologis dari waktu ke waktu. Sampai sini, Anda seharusnya sudah bisa menebak kejadian pahit apa yang menimpa keluarga Narendra.
Hal menarik secara teknis dalam film ini salah satunya adalah periodisasi waktu. Kita akan dibawa bertemu dengan masa kecil ketiga anak Nurendra, beberapa adegan bahkan menceriterakan relasi Nurendra (Oka Antara) dan Ajeng (Niken Anjani) pada masa muda. Permainan alur maju-mundur ini membuat kita merasa lengkap dalam memahami peristiwa-peristiwa sentimentil yang akan sering terjadi pada keluarga ini.
Keluarga Narendra
Jika ada sesuatu yang benar-benar ingin dipuji dari film ini secara gamblang maka saya angkat topi pada upaya film ini mengedukasi penonton tentang sebuah perspektif dalam melihat peristiwa dalam film. Saya merasa “teredukasi” untuk tidak menelan mentah-mentah cerita agar tidak salah menghakimi tokoh yang diceritakan. Menghakimi Narendra yang konsisten over protektif dari awal hingga akhir misalnya, padahal ada sebab musababnya yang belum selesai diceritakan habis.
Sedikit tambahan, berbicara soal waktu, sebelumnya saya menegaskan dan ingin sekedar melanjutkan penegasan argumen bahwa kecerdikan untuk membawa kisah tiap anggota keluarga membuat film ini tidak membosankan karena masing-masing tokoh memiliki kegetiran masing-masing dalam hidupnya. Kecemasan ini bukan tanpa alasan, kita sering mengeluh disuguhkan banyak kisah dalam satu film yang pada akhirnya tidak berkaitan apapun dengan tokoh sentralnya. Sedangkan, film ini berhasil keluar dari penokohan sentral. NKCTHI benar-benar tidak memusatkan diri pada tokoh Awan, atau bahkan sang ayah, Nurendra melainkan semuanya, Ya Angkasa, ya Aurora, ya Ajeng sebagai ibu.
Selain permainan waktu, tak lengkap rasanya bila kita tidak memperhatikan latar musik. Saya harus jujur, tidak banyak film Indonesia yang memiliki banyak scoring music dan soundtrack yang mampu melatari setiap adegan dengan pas hingga kita terngiang-ngiang, bahkan dalam rasa lebih lanjut, terbuai-buai oleh lagu tersebut, meski boleh jadi tak menyukai aliran musik atau genre tersebut. Ini memang personal namun bila boleh sedikit menuturkan bahwa hingga saat ini film Indonesia yang menurut saya memiliki scoring music yang pas dari awal hingga akhir, yakni Janji Joni (2005). Film kedua ya NKCTHI. Yes yes.. Kunto Aji, Arah, hingga Isyana Sarasvati membuat kita merinding dalam momen-momen tertentu.
Akhir kata, entah seberapa mendekati adaptasi film ini dengan bukunya, namun bila acuannya adalah buku, maka sedikitnya kita akan bisa memahami maksud dari Marchella atas kontemplasinya mengenai keluarga. Tidak pernah ada keluarga yang sempurna yang ada hanyalah perjuangan-perjuangan untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga itu sendiri lewat segala kisah antar setiap anggota keluarga, terkadang pahit, terkadang manis.
Sutradara: Angga Dwimas Sasongko | Produser: Anggia Kharisma | Music: Hindia, Kunto Aji, Isyana Sarasvati, Ardhito Pramono, Arah, Chiki Fawzi | Produksi: Visinema | Artis: Rio Dewanto, Sheila Dara, Rachel Amanda, Donny Damara, Susan Bachtiar, Ardhito Pramono, Oka Antara, Niken Anjani | Durasi: 121 Menit

Komentar


  1. AJOQQ menyediakan permainan poker,domino, bandarq, bandarpoker, aduq, sakong dan capsa :)
    ayo segera bergabung bersama kami dan menangkan uang setiap harinya :)
    AJOQQ juga menyediakan bonus rollingan sebanyak 0.3% dan bonus referal sebanyak 20% :)

    BalasHapus
  2. According to Stanford Medical, It's in fact the ONLY reason women in this country live 10 years longer and weigh on average 19 KG lighter than us.

    (And really, it has totally NOTHING to do with genetics or some secret diet and absolutely EVERYTHING around "how" they are eating.)

    BTW, What I said is "HOW", and not "what"...

    Tap on this link to determine if this easy test can help you decipher your real weight loss potential

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer