Batas

Batas
Belakangan ini, saya mempelajari sesuatu, yakni batas. Agaknya sederhana sekali, tapi lagi-lagi bagi saya ini penting. Beberapa waktu kemarin saya berada di rumah sakit. Dari Rumah Sakit, banyak orang “hilir-mudik”, ada yang sakit, ada yang hanya menjenguk, ada yang menjaga, ada yang memeriksa, dsb.

Terkhusus pada mereka yang sakit. Banyak orang menganggap remeh sebuah batas. Batas apa yang sebenarnya dimaksud? Batas tubuh! Ya, sakit terlepas dari sebab-akibatnya merupakan tanda bahwa tubuh memiliki sebuah batas. Namun, di luar sana masih banyak orang yang menganggap bahwa dirinya luar biasa tanpa batas dengan melakukan aktivitas-aktivitas “di luar” batas.

Pada dasarnya, tubuh akan sangat alamiah menua. Bagaimanapun hasrat kita untuk tetap muda. Tubuh akan menurun kualitas recovery-nya ketika menuju usia senja. Namun, agaknya, pikiran ini tidak terjamah oleh yang muda dan beberapa diantaranya tidak ingin ‘diakui’ oleh yang tua. Maka, lagi-lagi mereka melakukan aktivitas “di luar batas” tadi.

Dari orang yang sakit, saya belajar, bahwa tubuh juga tidak akan menunggu tua untuk merasa sakit. Sakit tidak pernah menunggu usia. Ia bisa menjangkiti siapa saja. Mungkin juga nasib yang tidak bisa kita cegah. Tetapi, saya kira kita bisa tahan ini sejak dini, sebelum benar-benar merasakan sakit. 

Kembali ke persoalan batas tadi, kita bahkan sering diimajinasikan (bahkan didoktrinasi) pada tayangan-tayangan yang bersifat berlebihan. Seperti di kartun-kartun animasi, tidak jarang yang diimpor dari Jepang, dan beberapa dari negara lain. Banyak sekali tokoh-tokoh animasi yang mengimajinasikan kekuatan super luar biasa, keinginan luar biasa yang melebihi batas tubuhnya sendiri. Parahnya, hal itu berpengaruh kepada mindset  penontonnya. “aku ingin sepertinya! Bisa mengeluarkan jurus itu!!”

Namun, tidak hanya kartun-kartun saja, namun iklan-iklan pun sama saja. Terlebih, ini juga menyangkut soal Gender. Biasanya menyerang wanita. Banyak sekali iklan yang membentuk wacana “Bentuk tubuh ideal”, “Kecantikan Ideal” yang pada faktanya justru memaksa wanita “keluar” dari ketubuhannya sendiri. Melawan batas tubuhnya sendiri. Hasilnya? Anda bisa menebaknya sendiri.

Itu sebab secara eksternal. Kini mari kita refleksikan sebab secara internal. Tidak jarang kita sakit karena ulah kita sendiri. Apalagi yang sering bikin gerah bila anak muda mengatakan,”Gapapa namanya juga masih muda”. Apa misalnya? Berdasarkan pengalaman yang saya amati: Bergadang, Keluar Malam, dan Merokok.

Selain itu, sering sekali menyepelekan kebiasaan kecil yang penting yang sebetulnya bisa dikatakan sebagai gaya hidup Healthy Life yakni minum air putih. Sederhana tetapi sering lupa (atau memang sengaja dilupakan/dihiraukan).

Memang saya menyadari bahwa ini akan menimbulkan kontra dimana ada tendensi untuk menjadi penakut atau minimal takut melakukan, takut mencoba. Tidak bebas. Meski sebetulnya lumrah saja bila kita ingin mencoba sesuatu. Pada dasarnya, Kita memang harus berani!

Namun lagi-lagi, karena kita adalah manusia yang dikaruniai kemampuan berfikir dan “batas” oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, maka seyogianya kita sebaiknya belajar dari setiap tindakan yang kita pilih. Kalau memang kita tahu bahwa itu tidak baik bagi kita kedepannya, minimal untuk diteruskan (meskipun terlihat sangat mengasyikkan) maka jangan diteruskan.

Terima kasih
Semoga Bermanfaat
Silahkan bila ada yang ingin berkomentar dengan Arif

Komentar

Postingan Populer