[REVIEW] ADA APA DENGAN CINTA 2
ADA APA
DENGAN CINTA? 2
![]() |
AADC? 2 Poster |
CINTA
Cinta hanya perkara waktu dan
titik temu
Tak peduli selama apapun dan
sejauh apapun
Bila benar itu cinta
Ia akan bertemu juga
Sesederhana itulah…
-Luthfi Ersa-
Begitulah,
satu konformitas yang identik setelah menonton dengan Ada Apa Dengan Cinta? 2 (selanjutnya
disingkat AADC? 2) adalah tetiba seseorang menjadi sebegitu puitisnya. Karena
Cinta, karena Rangga. Tapi, seandainya saya ingin merangkum keseluruhan curahan
rasa setelah menonton AADC? 2 maka saya akan coba wakilkan oleh sebait puisi di
atas. Cukup itu.
Tapi resensi
sebuah film membutuhkan lebih dari sekedar bait puisi. AADC? 2 adalah sebuah
penelusuran sekaligus pencarian kenangan oleh penontonnya. Sesungguhnya film
ini tidak hanya menyusur romansa antara Cinta (Dian Sastrowardoyo) dan Rangga
(Nicholas Saputra) tetapi barangkali juga kepada kita para penontonnya untuk
menyusur kisah roman kita sendiri.
14 tahun dan
kita semua menunggu. Begitupun Cinta. Kita yang waktu itu masih sungguh kecil
kini tumbuh dewasa terlibat dengan kisah dan juga tanya. Tak semua kisah dari
rupa-rupa segi itu selesai kan? Film ini mencoba berangkat dari
ketidakselesaian itu.
Takdir
di Yogya
Dulu,
Jakarta menjadi saksi kisah sejoli ini dimulai. Keduanya, terpisah pula di
Jakarta. Kini, takdir fiktif dikonstruksi sedemikian rupa: Cinta dan Rangga
bertemu di Yogya.
Beruntung,
premisnya kuat. Cinta yang ingin mendatangi show gallery bernama Eko Nugroho,
seorang seniman. Rangga yang ingin mendengar alasan mengapa ia harus bertemu
dengan Ibunya yang selama 25 tahun meninggalkannya. Kebetulan, sama-sama
bertempat di Yogya.
Film ini
berangkat dari dua penceritaan yang cukup kontras ketika mengisahkan Cinta dan
Rangga. Cinta dan reunian gengnya yang begitu bahagia, terlebih Cinta sudah
tunangan dengan pria bernama, Trian. Meski dengan sedikit catatan, bahwa geng
Cinta berkurang satu, yakni ketidakhadiran Alya. Karena? Saya tidak akan
menjawabnya. Sedang Rangga berangkat dengan narasi dan wajah yang agak muram.
Setelah
keduanya bertemu, jadilah Yogyakarta kota yang dieksplorasi oleh lensa kamera
yang bercerita. Yang satu menikmati liburan, yang satu lagi melakukan
pencarian.
![]() |
Geng Cinta di Yogya |
Sungguh
harus diakui bahwa karakter yang dibangun oleh significant others dari Cinta sangatlah kuat. Ketidakadaan Alya
justru semakin merekatkan hubungan antara keempat sekawan ini sekarang. Bila
kita melihat porsi Karmen, Maura, Milly yang agak kurang menonjol di film
pertama karena muara dari curhatan Cinta adalah Alya, maka sekarang kondisinya
berubah. Geng itu saling menguatkan dan terlihat solid. Terutama Karmen. Karmen
menjadi trigger pertemuan Cinta dan Rangga di Yogya.
Singkat
cerita, betapapun konflik-konflik yang ingin dimunculkan sebagai hambatan
pertemuan keduanya, tapi, toh segala tanya selama 9 tahun belakangan itu,
menuntun mereka bertemu juga. Cinta, sebagai pemeran utama wanita, sejak awal
berkali-kali menegaskan satu kata tegas: tuntas!
Ya, baginya
dan bagi Karmen, ia akan sulit menempuh hidup baru bersama tunangannya tanpa
menuntaskan cerita dan tanda tanya selama ini dari mulut Rangga sendiri. Apapun
yang akan Rangga jelaskan, cerita itu haruslah tuntas di Yogya.
Bahkan
apabila pembaca belum sempat menonton, sudah banyak kalimat yang terngiang di
benak kita tentang ucapan Cinta kepada Rangga, “Rangga, yang kamu lakukan ke saya itu.. Jahat”. Silakan ditaksir
sendiri pembicaraan seperti apa yang mendorong terjadinya hal itu.
![]() |
Cinta dan Rangga |
Rasanya agak
aneh, sungguh aneh, ada perubahan signifikan dalam diri Rangga tepat sesaat
setelah insiden itu. Rangga menjadi sosok yang sumringah, penuh senyum dan
tawa. Entah mengapa ia tiba-tiba mengajak Cinta jalan-jalan menyusuri kota
Yogya hanya untuk menceritakan cerita panjang mengapa ia menghilang dari hidup
Cinta.
![]() |
Jalan-jalan seharian keliling Yogya |
Entah
pembaca yang sudah menonton akan setuju dengan pendapat ini atau tidak, karena
bersifat personal saja, bahwa segala peristiwa pergi sehari semalam antara
Cinta dan Rangga inilah yang akan menjadi pembeda dengan film pertamanya.
Kamera akan terus terfokus kepada sejoli itu dan alam Yogya yang tersusur
dengan indah.
Pembeda
utamanya adalah bahwa sekali lagi, cinta itu bersemi. Namun, bersemi dalam
segala kedewasaan: bahasa, emosi, dan ambisi. Terlalu naïf untuk mengatakan
bahwa perjalanan seharian itu tidak bermakna bagi keduanya. Saya yakin pembaca
akan menikmati momen pertemuan mereka membuat kisah, sekali lagi.
![]() |
Senyuman dalam suka tak pernah berbohong |
Sayang, apa
yang Cinta kira tuntas ketika fajar, belumlah dianggap tuntas oleh waktu. Dan
untuk selanjutnya, silakanlah mencari ketuntasan cerita mereka sendiri di layar
bioskop terdekat Anda.
Bahagia
Ketika
menonton AADC? 2 hanya satu kata yang terbesit di otak saya: bahagia. Filosofi
cinta yang dipertontonkan saya tangkap sebagai sesuatu yang membahagiakan.
Cinta persahabatan, cinta kepada yang terkasih, cinta kepada orang tua.
Kesemuanya mensyaratkan kebahagiaan.
Sebagai
bukti, pun marah betul dengan Rangga, Cinta selalu sulit menampik bahwa rasa
itu masih ada. Rangga pun realistis, bahkan sejak film pertamanya, ia cukup
konsisten bahwa cintanya memang Cinta. Maka, seperti kata saya, cinta adalah
perkara waktu dan titik temu.
Bila kita
kembali kesampingkan Cinta dan Rangga bukan dalam satu relasi tetapi dalam
dunia privat mereka sendiri-sendiri pun banyak pelajaran yang bisa kita ambil.
Entah hal ini disadari dan dijadikan fokus oleh para pembaca atau tidak, bahwa
film ini menekankan arti penting gregariousness
sejak film pertamanya. Sesungguhnya, manusia adalah mahluk sosial yang tidak
bisa hidup sendiri.
![]() |
Geng AADC? 2 (Cinta, Karmen, Maura, Milly) |
Terbukti,
“yang-sosial” dalam diri Cinta adalah geng nya itu sendiri. Memang benar bahwa
selama ini dukungan lebih banyak mengarah kepada Cinta tentang segala hal, tapi
sisi baiknya adalah dari film pertamanya Cinta pun bukan tipe orang yang
mendominasi kawan-kawannya. Terbukti Alya yang bijak pun harus curhat ke Cinta
di film pertamanya. Di film kedua ini pun terlihat Karmen yang dikuatkan oleh
teman-temannya atas masalah yang menimpa dirinya. Geng yang utuh. Ada satu
scene di mana Rangga berujar, “Saya salah
menilai teman-teman kamu” dan ia mulai mengerti arti persahabatan Cinta
dengan berkata, “Udah, telepon temen kamu
sekarang, kasian mereka nungguin kamu. Kamunya udah kenyang, mereka kelaperan”.
Demikian
pula Rangga. Apa artinya Rangga tanpa alm. Pak Wardiman, tanpa Roberto dan Donna
di New York, dan…. Tanpa kembali ke keluarga?
***
Terlepas
dari banyaknya “air putih” dan “denting notifikasi-notifikasi” sepanjang film,
ditambah terlihat susah payahnya untuk diatur sedemikian rupa mengaitkan
keterhubungan cerita, pada akhirnya film ini benar-benar menyenangkan untuk
disaksikan.
Seperti
keseluruhan tokoh yang berevolusi menjadi dewasa di film ini, pun demikian
saya. Kenikmatan menyelami detik pertama hingga terakhir menampik segala
komentar sinisme dari review yang sudah-sudah tentang AADC? 2. Semuanya
terbayar sudah. Mengantri tiket panjang pun tak sia-sia.
![]() |
Para Pemain |
…
Pertanyaannya
sekarang adalah apakah benar, kekasih atau mantan kalian adalah cinta sejati
kamu? Mana nama yang semakin terngiang dalam kenanganmu meski betapa gilanya
kamu untuk menampiknya?
Butuh berapa
purnama untuk menjawabnya?
Sekian.
![]() |
Entah kenapa saya jatuh cinta dengan lambang ini :) |
Produksi: Miles Films, Legacy Pictures | Produser: Mira Lesmana | Sutradara:
Riri Riza | Pemain: Dian
Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Adinia Wirasti, Titi Kamal, Sissy Prescillia,
Dennis Adhiswara | Runtime: 112
Menit
Antara film yg pertama, dan yang kedua saya belum nonton. Jadi ya saya gak paham sama alur ceritanya.
BalasHapustpi kata temen2ku sih filmnya bagus
http://sastraananta.blogspot.com/2016/04/tentang-satu-pertanyaan.html?spref=tw …
Filmnya bagus, tapi akhirnya kok kaya singkat sekali pas ketemu di Amerika
BalasHapus