[MOVIE REVIEW] PENGABDI SETAN (2017)
PENGABDI SETAN
“Di kuburan kan cuma ada orang mati. Orang mati
ga bahaya. Orang hidup, iya...”
-Bapak-
“Kring.. Kring”, Lonceng itu berkali-kali bunyi
dari kamar Ibu. Tanda bahwa ia memerlukan bantuan anak-anaknya. Maklum, sudah
tiga tahun lebih si Ibu, Mawarni Suwono sedang sakit. Kadang Rini, anak
pertamanya datang membantu urusan keseharian ibunya, kadang juga Toni, si anak
kedua membantu menyisir rambut Ibu kesayangannya. Tak lama, mantan pelantun “Kesunyian
Malam” itu pun berpulang. Sang Bapak memutuskan kerja di Kota dan petaka demi
petaka dimulai. Ibu datang lagi, untuk menjemput mereka...
Nuansa
Kengerian
Dalam suatu wawancara, Joko Anwar berkata bahwa
ia ingin membuat film horror yang atmospheric. Dan saya rasa, ia
menepatinya. Ia tidak menjual jump scare murahan hanya sebagai tanda
bahwa “film itu serem banget!”, justru ia menciptakan nuansa kengerian kepada
penontonnya dengan membangun suasana dan latar dalam keluarga itu sendiri. Jujur,
saya cukup bisa mengatasi rasa takut dari suguhan elemen horror yang disuguhkan
film ini, hanya, saya baru sadar bahwa sepanjang film (saya rasa sebagian besar
penonton akan merasakan hal yang sama) bahwa tak sadar kalau sebenarnya duduk
kita tak lagi nyaman saat kita mulai masuk terbawa alur cerita dan merasa “bersama”
dengan keluarga tepat sejak kematian sang Ibu.
Sekiranya ada 2 alasan utama mengapa Joko
berhasil membuat kesan Atmospheric Horror yang dimaksud..
Pertama, RUMAH. Sulit untuk disanggah
bahwa rumah keluarga itu sendiri it’s so creepy, khususnya di malam
hari. Selama beberapa detik, seringkali ada shot yang mengambil penampakan fisik
rumah di malam hari dari sisi luar. Saya tidak bisa membayangkan, baik di film
ataupun dalam realita sesungguhnya bagaimana rasanya tinggal di rumah seperti
itu di-malam-hari!
Bila ada satu yang ingin saya apresiasi dengan
sangat baik memang ya pemilihan rumah syuting di pengalengan, Bandung ini. Betapa
tidak, rumah yang di pagi hari terasa sejuk dan dingin tetiba berubah
atmosfernya saat malam menjadi gelap dan sesunyi itu. Suram dan kelam kira-kira
bisa menjadi kata cocok untuk menggambarkan fisik rumah kala malam. Ditambah,
latar cerita bahwa rumah itu baru saja berduka.
![]() |
Rumah Syuting Pengabdi Setan |
Selain bangunan fisik, cara Joko mengeksplorasi rumah juga layak diperhatikan. Bagaimana ia memperlihatkan kondisi tiap-tiap sudut ruang di rumah itu sendiri dari mulai kamar, lorong kamar, pekarangan rumah, ruang tamu dan tentu sumur. Secara efektif, masing-masing ruang itu dapat memberi kisah dan kesan mencekam yang berbeda-beda. Favorit scene saya jelas setiap adegan yang mengeksplorasi dari lorong ke lorong tiap rumah dari sudut pandang para karakter.
![]() |
Salah satu lorong |
Kedua, PENAMPAKAN & EFEK SUARA. Selain alasan latar fisik, kita harus
apresiasi langkah strategis bagaimana cara menjaga adrenalin penonton tanpa
harus mengagetkan yakni menyediakan penampakan-penampakan sesaat yang bila
dalam film originalnya jarang sekali kita temukan. Saya jelas tidak bisa
mengatakannya dalam review ini kecuali Anda harus nonton dan temukan sendiri. Atmosfer
kengeriannya terasa justru karena kita tidak bisa menebak dengan pasti kapan
penampakan-penampakan itu akan muncul.
Salah satu yang menarik lainnya adalah tata
suara, efek suara yang oleh komposer musik, Bemby Gusti dikemas dan ditempatkan
dengan sangat baik. Entah saya salah dengar atau tidak tapi rasa-rasanya ada sound
effect di beberapa menit terakhir yang mengingatkan saya pada dengusan
sakit TBC nya Pak Karto yang diperankan oleh Him Damsyik dalam film originalnya. Yang
pasti, melalui laman Facebooknya, Bemby bercerita bahwa dalam film ini
dimasukan instrumen suara Psychoaccoustic, yakni instrumen musik yang dapat
mempengaruhi psikologi manusia ditambah dengan infrasound yang tidak bisa
didengar manusia tetapi dapat ditangkap alam bawah sadar kita sebagai manusia.
![]() |
Kru Musik Pengabdi Setan from Joko Anwar's Tweet |
Lalu tak lupa, pastinya “Di kesunyian malam
ini, aku datang menghampirimu.....”, lagu ini sukses terngiang-ngiang di kepala
saya. Saran saya, jangan lupa nikmati iringan suara ketika mayat-mayat hidup
mulai datang ke rumah cause-it’s-gonna-be-so-fuckin’-intensively-terrifying-you!
Keinginan sang sutradara untuk tidak
menggunakan efek komputer merupakan nilai tambah karena malah membuat kinerja
dan hasil karya para penata rias menjadi lebih maksimal dalam riasan hantu
hingga mayat hidup yang ada. Salah satunya ya riasan Sumarni dari sebelum hingga
sesudah meninggal.
Pengabdi
Setan
Jelaslah bahwa reboot Pengabdi Setan ini
menambah angin segar bagi para penikmat horror di Indonesia bukan hanya bagi
mereka (termasuk saya pribadi yang lahir di tahun 90-an ) yang sekadar kangen
dengan Pengabdi Setan versi originalnya tetapi juga memang menantikan film
horror Indonesia berkualitas dengan titik tekan cerita yang digarap dengan presisi
sangat baik. Bila kita sejenak menengok alur cerita yang ada di film
originalnya jelas sangat terlihat plot hole baik dari segi cerita maupun
pembangunan karakter tokohnya.
Bila kalian sudah menonton versi originalnya di
tahun 80an secara full, tentu kalian akan ingat scene-scene yang sangat
boring dan menjemukan bahkan untuk beberapa menit. Kekuatan karakter para tokoh
yang menonjol hanya Toni yang memang sedih atas kematian ibunya. Pun, film
aslinya cukup terjebak pada moral agamis era Orde Baru kala itu dengan premis, “siapa
yang tak beriman, maka akan diganggu setan”. Sesimpel itu.
Untungnya, tidak dalam Pengabdi Setan versi
Joko Anwar. Joko memang terlihat intens dalam membangun dan menyusun ulang
ceritanya, sekali lagi, dengan presisi yang sangat baik. Hal ini terbukti dari
naskah percakapan para tokoh, penambahan 2 karakter anak dalam keluarga
tersebut, Bondi dan Ian yang cukup menambah warna tokoh dalam cerita ini.
Masalah yang diangkat pun lebih jelas alurnya dan bisa lebih reasonable
untuk disimak. Pun tak lupa, konsep 80-an pun berhasil diberikan secukupnya dan
tersampaikan secara visual lewat properti yang ada, penggunaan bahasa
keseharian, “kau” yang biasa digunakan jaman jadul itu juga menguatkan nuansa
klasiknya 80an.
![]() |
Sang Sutradara, Joko Anwar |
Meski terasa cukup dramatis di menit-menit awal
film, tetapi percakapan mengalir menakutkan selepas Mawarni meninggal. Saya
senang sekali bahwa Joko masih cukup setia pada beberapa bagian scene dari film
aslinya yang ketika dibuat ulang menjadi terlihat unsur gore-nya. Oh ya,
tak melulu horror loh, ada juga unsur yang menghibur karena percakapan yang sesekali
humoris seperti, “Karena terlalu dekat, kami tidak pacaran” #savage.
Lengkaplah sudah..
Pada akhirnya, Joko lewat film ini memberi
ruang tafsir kepada kita untuk memikirkan kembali makna apa dan siapa (bahkan
seberapa banyak) Pengabdi Setan itu sendiri saat ini. Apakah Pengabdi Setan
adalah masih mereka yang sekadar tak beriman atau orang-orang yang seolah beriman
dan mengatasnamakan keimanan untuk mencuri kesempatan berbuat tak adil pada
orang lain?
Sutradara: Joko
Anwar | Produser: Tia Hasibuan, Sunil Samtani | Music: Aghi
Narottama, Bemby Gusti, Tony Merle, Khikmawan Santosa | Produksi: Rapi
Films, CJ Entertainment | Artis: Tara Basro, Bront Palarae, Endy Arfian,
Dimas Aditya, Nasar Annuz, M. Ardhiyat, Ayu Laksmi, Egy Fedly, Fachry Albar | Durasi:
1 jam 40 menit
Setuju. Joko Anwar ngga sekedar menjual jump scare murahan di film ini, tapi kengeriannya ada di suasana dan latar keluarga itu sendiri. Gue dah nuggu ini film dari lama, dan setelah nonton, terpuaskan ama penggarapannya.
BalasHapusPemilihan rumahnya emang juara banget. Begitu masuk penampakan rumah di malam hari, detik itu juga kita seolah disiapin untuk nahan napas dan nunggu kengerian apa yang bakal muncul. Haha. Penampakannya juga patut diapresiasi. Gue kurang suka ama film horor lokal kalo penampakannya ngandelin jump scare aja. Untung film ini ga begitu. Ngebangun tiap adegan menuju penampakan itu yang top banget. Belom lagi scoringnya yang creepy. Kita seolah diajak ikut ngerasain apa yang dirasain tokoh-tokohnya pas ada penampakan.
Gue malah belom nonton film aslinya, jadi ga bisa bandingin. Tapi apapun perbandingannya, at least versi Joko Anwar ini keren!
sosial vivici
BalasHapusjual viagra
viagra vivici
wg860 wholesale nfl jerseys from china,wholesale nfl jerseys from china,wholesale nfl jerseys from china,wholesale nfl jerseys from china,wholesale nfl jerseys from china,wholesale nfl jerseys from china,wholesale nfl jerseys from china,wholesale nfl jerseys from china,wholesale nfl jerseys from china ut096
BalasHapus