(BUKAN) Hari Ibu
(BUKAN)
Hari Ibu
Halo
semua…
Gimana
kabar kalian?
Kali ini saya mau share pengetahuan tentang Sejarah Hari Ibu...
Kali ini saya mau share pengetahuan tentang Sejarah Hari Ibu...
Kemarin pada hari Minggu tanggal 22 Desember pasti anak-anak Indonesia lagi "Baik-baiknya" nih sama orang tuanya, khususnya kepada Ibu nya..
Yaaps, karena kemarin adalah Hari Ibu Nasional. Mmh.. Entah di Negara belahan dunia lain
sama enggak ya? Well, yang pasti ini adalah Hari Ibu yang diperingati setiap
satu tahun sekali untuk menghormati Ibu kita. Di Indonesia khususnya.
Yaah, Ada berbagai macam cara dilakukan untuk menyatakan rasa cinta kepada Ibu kita. Biasanya sih secara umum ya…
Yaah, Ada berbagai macam cara dilakukan untuk menyatakan rasa cinta kepada Ibu kita. Biasanya sih secara umum ya…
Ngasih ucapannya lewat STATUS
SOCMED (bayangkaan.. Nyampe ga tuh ucapannya??!!)
Ga yakin status ini dibaca Ibu nyaa -__-" |
Ngasih Bunga
Kocak nih muka anaknyaa :D |
Hmm..
Sisanya apa lagi ya? Setau saya sih ya itu, kalau mau ditambah monggo silahkan
ditambahkan di Komentar ya..
Tapi,
sebetulnya bila dipikirkan secara kritis. Apakah iya maksud Hari Ibu adalah
hari peringatan Kasih Sayang seorang anak yang memang dikhususkan kepada
seorang Ibu? Apakah ada bukti (evidence) ilmiah&valid juga reliable secara
Historis, baik itu referensi, buku, dokumen atau apapun itu yang bisa
membuktikan bahwa ada peristiwa yang melatarbelakangi adanya Hari Ibu?
Saya rasa, tidak ada. Jikalau pun ada, baik itu mitos, folklore ataupun cerita rakyat saya kira tidak akan disahkan oleh Pemerintah kita menjadi suatu Hari Nasional (Hari Libur Nasional bahkan). Padahal Presiden atau Pemerintah tidak akan sembarangan menandai&menetapkan satu hari/tanggal seabgai Hari Nasional. Pasti ada peristiwa melatarbelakanginya.
Berarti sebetulnya orang yang merayakan Hari Ibu tersebut menelan kesimpulan Ahistoris secara mentah-mentah karena bagi orang tersebut “Ibu” yang dimaksud adalah Ibu yang secara harfiah berarti Orang yang telah melahirkan dia. Entah pemikiran seperti ini karena tidak diajari dalam lembaga pendidikan ataupun memang yang merayakan dan berfikiran seperti ini enggan untuk mengetahui, mempelajari sejarahnya.
Saya rasa, tidak ada. Jikalau pun ada, baik itu mitos, folklore ataupun cerita rakyat saya kira tidak akan disahkan oleh Pemerintah kita menjadi suatu Hari Nasional (Hari Libur Nasional bahkan). Padahal Presiden atau Pemerintah tidak akan sembarangan menandai&menetapkan satu hari/tanggal seabgai Hari Nasional. Pasti ada peristiwa melatarbelakanginya.
Berarti sebetulnya orang yang merayakan Hari Ibu tersebut menelan kesimpulan Ahistoris secara mentah-mentah karena bagi orang tersebut “Ibu” yang dimaksud adalah Ibu yang secara harfiah berarti Orang yang telah melahirkan dia. Entah pemikiran seperti ini karena tidak diajari dalam lembaga pendidikan ataupun memang yang merayakan dan berfikiran seperti ini enggan untuk mengetahui, mempelajari sejarahnya.
Secara
makna katanya, Ibu memang adalah Orang yang melahirkan kita, menjaga kita dan
merawat kita hingga tumbuh hingga saat ini. Tak apa jika banyak yang menafsir
itu semata-mata tidak perlu dipersoalkan karena menyangkut tentang Subyek Ibu
secara harfiah. Namun ada bahaya laten apabila –Meminjam terminologi Berger-
Realitas Objektif semacam ini dijaga dalam proses sosial yang berlarut akan
merusak logika kita dan parahnya, menjadikan kita manusia Ahistoris. Padahal,
kita tahu dan sadar bahwa segala sesuatu ada asal-muasalnya.
Sayangnya,
apa yang dimaksud Ibu dalam Hari Ibu merupakan Hari untuk memperingati
pergerakan wanita di Indonesia. Lantas, sebetulnya Subyek “Ibu” yang dimaksud
bukanlah Ibu secara harfiah tetapi adalah Perempuan. Subyek Universal, bukan
Subyek Parsial.
Nih, saya kutip satu paragraf yang berasal dari artikel Sejarah Hari Ibu di Indonesia oleh Kementrian Sosial RI:
Nih, saya kutip satu paragraf yang berasal dari artikel Sejarah Hari Ibu di Indonesia oleh Kementrian Sosial RI:
"Tidak ada salahnya pula mengucapkan terima kasih atas jasa dan
jerih payah ibu. Tetapi, jika merunut sejarah terjadinya Hari Ibu di
Indonesia, sebenarnya bukan itu misi sejatinya. Misi sejati peringatan
Hari Ibu adalah mengenang perjuangan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan
pembangunan bangsa.Tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai
Hari Ibu melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Tanggal 22 Desember
dipilih untuk mengenang diselenggarakannya Kongres Perempuan pertama, 31 tahun
sebelumnya, yakni tahun 1928 di gedung yang kemudian dikenal sebagai
Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta.Peristiwa itu dianggap
sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan
Indonesia"
Kongres Perempuan Indonesia Pertama (1928) |
Untuk lebih jelasnya, kalian bisa membaca secara lengkap dan detail dengan meng-klik artikel di bawah ini:
Nah,
setelah kalian membaca artikel diatas , sekarang kalian sudah tau kan mengapa sebenarnya Hari Ibu bukanlah Hari untuk
menyampaikan rasa sayang anak kepada seorang Ibu semata. Tetapi jauh diatas itu
semua bahwa Hari Ibu adalah hari untuk memperingati pergerakan perempuan,
eksistensi perempuan demi kemajuan kaum Perempuan dan bangsa Indonesia sejak
tahun 1959 bahkan sejak 1928 loh.
Well,
yuk kita renungkan dan cari tahu sebanyak-banyaknya sudah berapa banyak
Perempuan-perempuan hebat di Dunia ini? Baik dalam ruang lingkup Internasional,
Nasional, Lokal dan mungkin saja ada di keluarga mu sendiri. Ibu-mu, Kakak
perempuan-mu, Adik perempuan-mu atau mungkin Kekasih-mu salah satu nya.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk menegasikan makna apapun, silahkan bila tetap ingin merayakan Hari Ibu seperti yang biasa dilakukan. Saya hanya mengajak agar kita Sadar Sejarah dan berfikir lebih kritis. :)
Tulisan ini bukan bermaksud untuk menegasikan makna apapun, silahkan bila tetap ingin merayakan Hari Ibu seperti yang biasa dilakukan. Saya hanya mengajak agar kita Sadar Sejarah dan berfikir lebih kritis. :)
Semoga
bermanfaat…
Ya, sayapun baru paham pagi tadi ketika membaca di surat kabar. Namun, apapun itu sudah terlanjur. Yang jelas, hari ibu juga baik. Mungkin kita memang harus banyak belajar dan sadar sejarah. tapi gak usah lah terlalu meributkannya. Yah, seperti perayaan valentine, banyak orang yg sudah tau sejarahnya, tapi ya toh tetep merayakan. Tergantung kitanya kali ya??!
BalasHapus