Review Film: KILLERS (2014)



KILLERS


Sutradara               : The Mo Brothers
Rumah Produksi     : GUERILLA MERAH FILMS (Indonesia) dan NIKKATSU (Jepang)
Pemain                  : Oka Antara, Kazuki Kitamura, Luna Maya, Rin Takanashi, Ray Sahetapy
Runtime                : 137Minutes

Sinopsis
KILLERS bercerita tentang Nomura, seorang eksekutif muda Jepang yang sukses tapi ternyata memiliki kegemaran membunuh dan menyebarkan video pembunuhannya melalui Jejaring sosial. Di Jakarta, Bayu, seorang Jurnalis yang karirnya sedang diambang kehancuran karena obsesinya untuk menguak kasus korupsi seorang politikus, melihat video Nomura dan mulai membangkitkan sisi gelap dari dalam dirinya. Kemudian mereka pun terhubung melalui internet dan disinilah kehidupan dua lelaki ini berkembang menjadi ikatan yang mematikan.

Review

Ditengah minimnya harapan akan munculnya film-film Thriller, Horror, dan sejenisnya, justru KILLERS muncul untuk menghapus rasa pesimis itu. Film ini merupakan hasil ‘tangan dingin’ The Mo Brothers. Mereka pun bisa dibilang sukses membuat film Psychogical Thriller yang membuat tensi penontonnya naik-turun. Terbukti, Film ini pun tampil pada Sundance Festival pada tahun 2014.

The Mo Brothers

Kali ini, The Mo Brothers (Timo dan Kimo Tjahjanto) membuat film Thriller Suspense dengan tingkat Gore yang bisa dikatakan cukup ‘Aman’ ditonton. Bila dibandingkan dengan film sebelumnya, di Rumah Dara (2009), film KILLERS ini lebih bisa dijadikan referensi awal bagi para ‘pemula’ yang ingin menikmati film Thriller-Suspense. Karena, di film sebelumnya, memang lebih totally bloddy dibanding dengan film KILLERS.

Rumah Dara

Di film ini, kita akan dibawa ‘Mondar-Mandir’ ke Jepang-Indonesia. Karena memang setting tempatnya diambil di dua Negara tersebut. Disini, apabila diperhatikan secara sekilas, tertangkap dua kebudayaan yang berbeda. Jepang, jauh lebih ‘rapi’ dan Asri dibandingkan dengan di Indonesia, dalam segi transportasi. Hal ini bisa terlihat dari scene-scene yang diambil di awal, sewaktu Nomura berkunjung ke toko bunga Hisae. Sedangkan di Indonesia, crowded akan kemacetan sering tertangkap.

Selain itu, perlu diapresiasi bagi Kazuki Kitamura yang berhasil memerankan Nomura dengan sangat baik dan sangat ‘Freak’ pula. Tetapi juga kepada Oka Antara yang berhasil memerankan seorang dan menggambarkan ‘kegalauan’ karakter Bayu. Pun dukungan dari Luna Maya, Rin Takanashi dan Ray Sahetapy menambah warna tersendiri bagi film ini. 

Adegan-adegan pembunuhan bisa dibilang tidak terlalu 'asal' seperti dalam film-film slasher lainnya. Yang justru cukup menegangkan adalah latar tempat dimana Nomura akan membunuh korbannya.

 
Salah satu adegan di film KILLERS

Alurnya sebenarnya sederhana, namun agaknya kompleksitas cerita dan semua alasan yang mendasari serangkaian pembunuhan ini bisa dikatakan karena virus ‘kegelapan’ yang disebarkan dari Nomura. Hal yang bisa membedakan Nomura dengan Bayu adalah masalah yang mereka hadapi. Nomura merupakan sosok yang memang sudah ‘terbangun’ dari pengalaman-pengalamannya yang sudah lalu, sedangkan Bayu baru ‘mulai terbangun’ karena masalah yang dihadapkan pada kenyataan yang riil dan ‘sedang’ dihadapinya.

Sayangnya, film ini hanya menggambarkan pengalaman-pengalaman Nomura sebatas dialog dengan Hisae saja. Sehingga, bagi yang tidak terlalu memperhatikan setiap adegan scenenya, maka akan ketinggalan cerita dari Nomura. 

Kazuki Kitamura as Nomura

Nah, ada yang saya bingung dari cerita pengalaman Nomura. Secara mendasar, Saya bisa mengerti mengapa ia melakukan serangkaian pembunuhan. Namun yang tidak saya mengerti adalah pemilihan siapa yang akan ia bunuh. Rata-rata perempuan semua. Hanya ada dua laki-laki yang dibunuh, itu pun spontan dan tidak terlalu terencana, tidak dirumahnya pula. Mengapa hanya perempuan yang ia bunuh di rumahnya?

Lalu, ada pula alasan yang saya tidak bisa pahami. Sebenarnya, rasa ‘cinta’ seperti apa yang dimaksudkan oleh Nomura kepada kakak prempuannya? Rasa cinta sebagai saudara atau mencintai seperti laki-laki dan perempuan? Dan sewaktu pada akhirnya ia membakar mayat kakaknya yang ia simpan bertahun-tahun di sebuah ruangan, ia mengatakan,”Ada yang harus berakhir”, (kurang lebih begitu). Saya kira, ia akan ‘insyaf’, ingin keluar dari kenangan pahit masa lalunya. Ternyata ia malah berbuat yang ‘lebih’ gila lagi. Bahkan sekarang melibatkan Bayu.

Begitu pun Bayu, pada akhirnya ia tidak benar-benar sampai pada tahap yang sama ‘kokohnya’ dengan Nomura.  Karena, karakter Bayu ini memang karakter yang ‘agak’ setengah hati. Kegelapannya masih belum sepekat Nomura. 

Ada dua hal yang menyebabkan dan memicu sisi gelap dari tokoh Bayu. Pertama. disebabkan oleh cemoohan mertua dan kasus Darma yang tidak henti-hentinya lolos dari jeratan hukum. Kedua, karena sering menonton video pembunuhan yang diupload oleh Nomura.

'Kebingungan-Kebingunan' Bayu
Namun.. Di sisi lainnya, ia adalah pria yang begitu mencintai keluarganya, baik istri maupun anaknya. Maka, bisa dikatakan, ia tidak betul-betul ingin menjadi pembunuh. Inilah mengapa saya mengatakan bahwa Bayu ini adalah tokoh yang ‘setengah hati’.
 
Oh iya, ada satu adegan yang mengingatkan saya dengan film The Mo Brothers sebelumnya, Dara. Di film ini, ada scene ketika Nomura ingin bersiap membunuh Midori, tiba-tiba terganggu oleh kedatangan Hisae. Hasilnya pun, Hisae tahu bahwa ada yang berteriak di ruangan tersebut. Kejadian ini mirip dengan yang pernah difilmkan di film pendek, Dara. Ada adegan ketika Dara bersiap membunuh korbannya, tiba-tiba ada tamu yang diundangnya untuk makan malam. Terdengar pula teriakan si calon korban dan kemudian ketahuan oleh si tamu.

Bagaimana pun, film ini berhasil membuktikan bahwa film Indonesia bisa bercita rasa Internasional. Lagi-lagi, The Mo Brothers sukses memberikan suguhan yang menarik dalam setiap film-filmnya. Ending dari film ini tidak terduga. Anda harus menontonnya sendiri.




Komentar

Postingan Populer