Resensi Film: SPIRITED AWAY (2001)
SPIRITED AWAY
(2001)
Film
ini membingungkan. Seumur-umur saya menonton film Anime atau film Animasi
sejenis, baru kali ini nonton film animasi seperti ini. Tapi seumur-umur juga
saya baru kali ini bisa merinding-merinding dalam artian bukan takut, tapi
karena terbawa ceritanya. Film animasi yang kebanyakan saya tonton umumnya
setidak-tidaknya bahkan seaneh-anehnya masih realistis baik dari jalan cerita
hingga penokohannya. Kalau ada satu film yang sangat menggugah imajinasi,
membuat sesuatu hal yang berkali-kali kita tolak mentah-mentah sepanjang
menonton tapi pada akhirnya gagal, ya film garapan Hayao Miyazaki ini.
Plot Cerita
Lima
hingga sepuluh menit pertama kita disuguhkan cerita yang masih realistis. Ini
cerita tentang Chihiro. Ada sebuah keluarga yang berencana pindah rumah ke suatu
kota namun di tengah-tengah jalan sepertinya mereka sedikit tersesat dan salah
jalan karena tiba-tiba alur jalanannya berhenti di sebuah hutan. Meski begitu,
mereka tetap melanjutkan perjalanan hingga menyusuri jalanan hutan tersebut dan
akhirnya berhenti di depan sebuah terowongan kastil Jepang. Karena mobil tidak
bisa masuk, akhirnya mereka bertiga turun dari mobil karena penasaran dengan
apa yang ada di balik terowongan itu. Disini, baru sedikit “keanehan” yang akan
dirasakan.
Keluarga Chihiro (Kol.Pribadi) |
Setelah
berjalan menyusuri terowongan itu, mereka disuguhkan oleh pemandangan yang luar
biasa seperti bukit yang indah dan hijau serta banyak rumah-rumahan yang
unik-unik, si Ayah menduga bahwa ini adalah seperti arena taman bermain yang
sudah tidak difungsikan sejak tahun 90-an. Mereka memutuskan untuk mengeksplore
lebih jauh ke dalam deretan rumah-rumah itu. Menurut pengamatan saya, lebih
cocok bila dibilang seperti Desa kecil. Lebih cocok lagi dibilang seperti kota
mati.
Setelah mereka menyusuri kesana, mereka
melihat-lihat kondisinya sepi sekali, tapi anehnya ada satu rumah yang
menyuguhkan makanan-makanan siap saji yang baru matang sehingga menggoda
manusia untuk mencicipinya. Anehnya, meski makanan disajikan, tetapi tidak ada
satupun yang melayani. Meski demikian, Ayah-Ibu Chihiro malah menyantapnya
dengan rakus. Setelah ini, barulah fantasi-fantasi aneh dan membingungkan itu
muncul.
Chihiro,
yang tidak ikut makan, penasaran dengan sebuah kastil besar lagi yang
penghujungnya menggunakan jembatan. Dia merasa aneh saja sambil melihat-lihat
(sudah meninggalkan Ayah-Ibunya yang sudah makan). Lalu, hari mulai gelap dan
tiba-tiba ada seseorang di jembatan yang kaget setengah mati melihat kehadiran
Chihiro di kastil tersebut, bernama Haku. Dia langsung “mengamankan” Chihiro
dengan berkata,”Kau tidak boleh berada disini”.
Seketika,
kota mati itu, rumah juga toko yang terlihat “tak berpenghuni” itu di waktu
yang semakin malam, tiba-tiba saja menjadi hingar-bingar, terang. Chihiro tidak
habis pikir (penonton juga tidak akan habis pikir). Lalu, ketika ia mau lari ke
tempat ayah-ibunya yang sedang makan, ternyata jalanannya sudah menjadi sungai.
Lantas, bagaimana nasib ayah-ibunya? Ternyata mereka “dikutuk” menjadi seekor
babi yang rakus. Ternyata, Chihiro sudah berada di “dunia lain”.
Chihiro
yang ketakutan, heran, sekaligus bingung karena tiba-tiba banyak
“mahluk-mahluk” yang berdatangan melalui jembatan dan menuju kastil. Ternyata
kastil megah Jepang itu adalah tempat pemandian air panas bagi para elit-elit
dan orang kaya “dunia lain” tersebut. Karena tempat ini sudah menjadi “Dunia
Lain”, maka mahluk-mahluk itu tidak bisa menerima kehadiran Manusia, maka
Chihiro (yang tentu Manusia) dianggap sebagai “Sang Liyan” yang dibenci karena
anggapan bahwa manusia itu mahluk kotor dan menjijikan. Beruntung, ada Haku
(berwujud Manusia juga dan seumuran dengan Chihiro) yang mau membantunya
minimal mengatasi “shock”-nya itu.
Disini,
apapun yang dilihat dan dirasakan oleh Chihiro, seakan-akan mewakili perasaan
kita juga sebagai penonton, bahwa penonton akan sama bingungnya dengan Chihiro.
Kurang lebih selama 40 menit pertama, perasaan kita akan terwakili oleh
sikap-sikap Chihiro, ya takut, ya bingung, ya merasa pusing. Kenapa? Karena
kita “dipaksa” untuk melihat beragam fantasi yang sebetulnya ingin kita sanggah
“it’s not real!”,”it’s not real!” dan “kok bisa gitu sih?”. Apapun menjadi
“memungkinkan” setelah ini. Oke, lanjut…
Beragam Mahluk Aneh, Para Elite "Dunia Lain" (Kol.pribadi) |
Cerita
berikutnya lebih kepada bagaimana Haku menyuruh Chihiro “bertahan hidup” di
“dunia lain” itu. Pertama, bertemu Kamajii-San (Aslii, bentuknya aneh banget!!)
yang bertugas membuat air pemandian tetap panas untuk satu kastil,
(bayangkan!). Lalu bertemu Yubabaa yang menjadi pemimpin di tempat pemandian
air panas itu, memohon untuk dipekerjakan disitu. Lalu ternyata Yubabaa yang
juga memiliki bayi yang “agak menyeramkan” juga bernama Bou. Yubabaa juga punya
entah apa sebutannya, memiliki utusan atau peliharaan, entah, berbentuk tiga
kepala hijau tanpa raga dengan rupa yang menyeramkan. Selain Haku yang mantan
manusia, Chihiro bertemu dengan “Mantan Manusia” kedua bernama, Rin. Oh iya,
setelah pertemuannya dengan Yubabaa, Yubabaa memaksa Chihiro mengganti namanya
menjadi Sen. Sesudahnya, Haku memberi tahu bahwa sebisa mungkin Sen harus
mengingat nama aslinya sebagai Chihiro karena apabila ia lupa maka ia tidak
akan bisa pulang ke dunia manusia lagi. Haku pun juga sudah lupa nama aslinya.
Setelah
dalam waktu beberapa jam di malam itu dengan segala keanehannya, Chihiro
mengungkapkan bahwa dirinya pusing, dan ekspresi ini sangat sangat sangat
mewakili diri saya secara pribadi ketika kurang lebih satu jam menonton.
Ekspresi Chihiro (Kol.Pribadi) |
Misi
Chihiro sebetulnya sederhana, bagaimana caranya untuk mengeluarkan kutukan
kepada kedua orang tuanya dan kembali ke dunia manusia. Sesederhana itu, tetapi
cerita menjadi kompleks karena ada dua masalah yang tiba-tiba muncul. Pertama,
Haku menjadi Naga Putih yang mencuri suatu benda bermantra milik Zeniiba,
kembaran dari Yubabaa yang dianggap sebagai penyihir jahat (padahal sebetulnya
baik banget!). Lalu, direpotkan juga oleh Kaonashi yang sulit ditebak apa
keinginannya sebenarnya terhadap Sen.
Yubabaa (Kol.Pribadi) |
Apakah
Chihiro berhasil untuk kembali ke dunia manusia serta mengeluarkan orang tuanya
dari kutukan? Apakah sebenarnya Haku memiliki nama asli? Apakah Haku juga akan
kembali ke dunia manusia? Saya sangat sangat menyarankan tonton film ini
sendiri dan interpretasikan lah sendiri.
Kalau
ditanya apa makna dan pesan yang dapat dipetik dari cerita ini… Hmm.. Sejauh
dari yang saya amati, sebatas interpretasi saya. Pertama, anak yang mandiri dan
berbakti kepada orang tua pasti bisa mengeluarkan orang tua dari berbagai
kesulitan. Kedua, kita tidak bisa menafikkan kekuatan apa yang disebut dengan
‘Cinta’. Ketiga, secara Sosiologis, kita memiliki identitas tentang “Siapa
Saya?”, seburuk-buruknya kita, identitas menjadi wajib karena kita akan
mendapat tempat tersendiri dimana kita berada. Keempat, manusia itu rakus,
menginginkan segalanya lebih, lebih, lebih, hingga tak sadar bahwa kita
memiliki batasan diri hingga sering lupa diri. Kelima, ada sesuatu di luar
dunia manusia yang kita tidak bisa nalar ataupun mengerti tetapi memang ada,
maka biarkanlah/hormatilah (sama seperti film The Others atau The Sixth
Sense)
So,
saya tetap bingung dengan film ini, tetapi melihat eksekusi filmnya dan scoring
musicnya yang bagus sekali, tak khayal kalau rating film ini tinggi sekali di
IMDB. Trims sudah mau membaca
Movie
Gallery:
Bou si Bayi (Kol.Pribadi) |
Haku (Kol.Pribadi) |
Kaonashi (Kol.pribadi) |
Rin (Kol.Pribadi) |
Tiga Kepala Hijau, Asli saya takut sama yang ini (Kol.Pribadi) |
Zeniiba (Kol.Pribadi) |
Zeniiba (Kol.Pribadi) |
Komentar
Posting Komentar