Review Film: ANNABELLE (2014)



ANNABELLE

 

Director: John R. Leonetti
Writer: Gary Dauberman
Starring: Annabelle Wallis, Ward Horton, Tony Amendola, Alfred Woodard
Time: 98 Minutes 


"I like your dolls..."
Annabelle

Plot Cerita

Cerita bermula dari sepasang suami istri bernama John dan Mia yang menanti kelahiran bayi mereka. Pasangan ini tergolong romantis sebagai pasangan muda. John, yang merupakan calon dokter sedang berkutat dengan studi  lanjutan ilmu kedokterannya dan Mia, perempuan yang senang sekali menjahit dan tengah mengandung. Mia juga ternyata senang mengoleksi boneka-boneka, terlihat dari ada satu kamar khusus yang dipersiapkan bagi bayi mereka kelak. Bertambah menyenangkan karena tiba-tiba John juga memberikan suatu hadiah kepada Mia sebuah boneka yang selama ini dicarinya. Dan… Jelas, boneka itu adalah boneka Annabelle. Langsung saja boneka itu dipajang direntetan boneka-boneka yang sudah ada.

Mia menaruh boneka di deretan boneka lain
Namun terror tidak secara langsung disebabkan oleh boneka tersebut. Teror pertama dimulai dari Mia merasa ada yang tidak beres dari rumah tetangga sebelah. Disini, dalam hitungan beberapa menit, penonton dibuat tegang karena ternyata setelah dicek oleh suaminya, memang benar ada yang tidak beres. John tiba-tiba keluar dari rumah tetangga itu dan mendapati ada orang yang berlumuran darah. Mia yang dalam kondisi mengandung langsung mencari pertolongan kepada polisi. Namun, tiba-tiba setelah dia menelepon polisi, justru ia diserang oleh tetangga rumah sebelah yang ditolong oleh John. (khusus untuk adegan ini, bisa dinikmati di Trailer)

Annabelle
Teror berlanjut ketika sepulang dari rumah sakit, banyak kejadian aneh di rumah itu, mesin jahit menyala sendiri di malam hari. Lalu kursi goyang di kamar anaknya yang menjadi sering bergerak sendiri saat John menaruhnya di atas. Lalu insiden kebakaran rumah karena pop corn yang gosong karena kompor gas mereka yang tiba-tiba menyala sendiri. 

John kebingungan karena boneka itu sebelumnya sudah dibudang


Setelah kejadian itu, Mia meminta John untuk pindah rumah. Hal ini dikarenakan Mia tidak ingin ada kejadian buruk yang akan menimpa anak mereka kelak. Kebetulan Mia juga sudah melahirkan anak perempuannya yang kemudian diberi nama Leah. Mia juga menyuruh John untuk membuang boneka Annabelle. Setelah itu, pindah lah mereka ke apartemen Palmieri. Saat menaruh barang-barang pindahan di dalam box, Mia malah menemukan lagi boneka tersebut, namun anehnya dia malah bilang tidak apa-apa dan  kemudian dipajang lagi meski John merasa keheranan betul kok bisa-bisanya sudah dibuang, terbawa kembali.

Disini muncul dua karakter baru, yakni Evelyn seorang penjual buku dan Romo Perez, seorang pendeta. Disini, karakter keduanya belum lah dieksplorasi. Cerita masih mengalir kepada terror yang dialamatkan kepada Mia. Mulai dari gambar-gambar yang dibuat anak kecil yang apabila tersusun bisa menjadi sebuah cerita mengerikan. Lalu, baru saja tinggal di apartemen, piringan hitam menyala lagi mendendangkan lagu romantis klasik, padahal baru saja Mia matikan.

Mia mulai berpikiran, ada sesuatu yang aneh, janggal dan mengerikan yang menghantui keluarga mereka. Terlebih, ketika Leah lahir, padahal mereka sudah pindah tempat tinggal. Oh ya, bisa dibilang banyak scene yang memperlihatkan bahwa Mia lebih sering berdua dengan Leah setelah pindah rumah. Sehingga, tidak jarang Mia menjadi bulan-bulanan terror dari si hantu nya.

Teror yang berikutnya ini yang menurut saya paling bisa dibilang cukup mengerikan. Bayangkan apabila kalian terjebak di Lift yang tidak mau bergerak pindah lantai dan sekalipun bergerak anda akan “dikembalikan” di tempat yang sama. Iya kalau kebetulan lantai ruangan itu ramai. Kalau gudang gelap dan anda terus menerus dikembalikan ke ruang itu? Nah, hal inilah yang terjadi pada Mia. Ceritanya, dia mau menaruh kardus yang tidak terpakai ke gudang di basement apartemen dengan menggunakan lift. Namun, ketika taruh kardus tersebut selesai ditaruh, muncul suara-suara berderit dan berisik, kemudian ada kereta bayi di ujung gudang yang berisi tangisan bayi dan ketika didatangi isinya cuma setumpukan kain putih berisi darah. Lalu berlari ke lift untuk naik keatas dan lift itu kembali mengembalikannya ke gudang itu. Belum lagi ketika melihat pintu “exit”, Mia dikejar-kejar setan yang berwarna gelap dan perawakannya mirip seperti di film Insidious 1.

Adegan Mia di gudang Apartemen


Di tengah kondisi yang sangat frustasi itu, John dan Mia akhirnya meminta bantuan Romo Perez untuk mengusir setan-setan dan membawa Annabelle ke tempat suci. Meski pada akhirnya Romo Perez pun gagal-gagal juga untuk membawa Annabelle karena diserang saat menuju Gereja dan kemudian di rawat di rumah sakit. Setelah kejadian itu, Evelyn mulai sering menemani Mia di rumah. Ia begitu sayang dengan Mia dikarenakan anaknya, Ruby, meninggal di saat seumuran Mia. Jadi dia ingin Mia tidak mengalami hal-hal buruk juga. 

Menuju akhir cerita, ternyata terror tak berakhir disitu. Intinya, bisa dibilang, si setan nya nampak buru-buru sekali untuk mendapat ‘soul’ dari salah satu anggota keluarga mereka. Bagaimana akhir kisahnya? 

Silahkan beli tiketnya dan anda tonton sendiri ya… he he :)

Minim Kejutan

Sejujur-jujurnya, bagi saya secara pribadi, film ini sangatlah “kering”. Sangat jauh dari kata baik apabila dibandingkan dengan film-film besutan James Wan yang sejenis, seperti Insidious ataupun The Conjuring. Pada film ini, saya merasa “kehilangan” James Wan. Maksudnya, ciri khas dari film garapan dia yang sangat kuat dasar ceritanya dan juga kejutan-kejutannya yang dimunculkan di dalam film. Saya bisa memaklumi karena James Wan di film ini bertindak hanya sebagai Produser.

Dari sekian banyak terror yang disuguhkan, bagi saya secara pribadi, sangat mudah ditebak dan tidak cukup menakutkan. Seperti contohnya piringan hitam yang ketika disorot setelah dimatikan, penonton sudah pasti bisa menebak,”pasti nyala sendiri”. Dan sebetulnya, fyi, Annabelle itu sendiri bukanlah nama boneka nya. Boneka tersebut hanyalah boneka-boneka biasa saja. Hanya saja, disukai oleh Annabelle. Annabelle itu sendiri adalah anak dari keluarga Higgins yang pemuja setan. Nah, boneka itu hanyalah, katakanlah, media untuk menaruh ‘soul’ manusia.


Beberapa kali adegan Annabelle yang di zoom
Kekurangan utamanya adalah boneka ini benar-benar tidak diberi aksi menakutkan yang lebih. Hanya seperti pemanis. Hanya penampakannya yang terlihat menyeramkan memang dan bisa dibilang boneka kayu ini cukup besar dan tinggi. Bahkan dalam beberapa scene, boneka ini bahkan perlu digendong, bukan sekedar dibawa.

Sayangnya, lagi-lagi cerita ini mengangkat tentang “demon”, “evil” dan sejenisnya. Memang dengan point of view yang sedikit berbeda, salah satunya adalah kata-kata yang diungkap oleh Romo Perez kurang lebih begini,

”Yah, mungkin kita bisa menghentikannya sekarang. Namun bukan berarti ini akan berakhir. Mereka akan terus berdatangan. Sehingga, yang bisa kita lakukan sekarang adalah berdoa supaya mereka yang setelah  ini mendapatkan musibah dari mereka bisa memiliki cara untuk mengatasinya”

Pernyataan di atas akan jarang kita temui di film-film sejenis. Namun, meski begitu, boleh dibilang cukup membosankan ya kalau terus-terusan film horror berkutat dengan yang demikian. Bahkan, hampir mirip-mirip juga seperti Insidious dan The Conjuring.

Kekurangan terakhir, ada scene-scene yang potongannya tidak enak dilhat karena bisa dibilang seperti terkesan lompat-lompat. Seperti misalnya adegan Mia yang baru saja mendapat terror, kemudian ke rumah sakit, tiba-tiba sudah sembuh dan langsung pergi lagi ke rumah. Atau adegan yang sedang seram-seramnya, diganti menjadi scene dengan latar pagi yang cerah di luar rumah.

Kelebihan

Nah, memang itu kritik keras saya terhadap film ini, namun ada pula kelebihan dan kenikmatan yang bisa dilihat di film ini. Pertama, jarang-jarang ada film yang mengeksplorasi kisah romantis suami-istri yang benar-benar bisa dibilang romantis. Bahkan, John di film ini selalu terlihat heroik, meski jeleknya, dia selalu seperti pahlawan kesiangan juga. Namun kedalaman karakter John dan Mia benar-benar bikin iri!!

John, Leah, Mia
Begitu pula anak mereka, Leah, yang akan membuat penonton terkagum-kagum karena memang dia adalah bayi umur 6 bulanan yang lucu sekali, tingkahnya juga. Dan ini merupakan nilai lebih untuk film ini. Begitu pula dengan Scoring Music nya.

Seperti biasa, tidak ada yang kurang dari soundtrack hingga background musicnya di film ini. Masih tetap menggelegar mengiringi setiap scene terror, dan menyuguhkan lagu-lagu klasik yang romantis. Musik garapan Joseph Bishara emang selalu mantap!!

Well, meski film ini “kering” tetapi bukan berarti film ini tak layak tonton. Terlebih film ini akan menambah pengetahuan kita menyoal kaitannya dengan film The Conjuring, ya.. “Before The Conjuring… there was Annabelle”. Lumayan lah untuk mengisi kekosongan film-film horror di tahun ini.



Terima kasih sudah membaca review ini.. :)

Komentar

  1. ini requalenya konjuring ya? konjuring udah ada 3bulan di hard disk tapi blm gw tonton :D

    BalasHapus
  2. Sebetulnya, film ini sesuai tagline dari covernya, "Before Conjuring there was Annabelle". Film ini bercerita kisah2&alasan mengenai "cursed doll" ini. Malah boleh dibilang film ini hanya seperti film pengantar saja. Sebaiknya, Silahkan tonton dulu aja The Conjuringnya :)

    BalasHapus
  3. qlo saya pribadi memandang boneka annabelle (lupa jenis bonekanya apa namanya) seharusnya nd perlu bergerak2 seperti boneka chucky. soalnya seperti yg kita ketahui, selain boneka, patung dan lukisan juga bisa saja menjadi perantara org untuk melakukan hal2 yang jahat. apalagi dalam film annabelle ini, si cewe annabelle nya emang salah ilmu kan (aliran sesat gitu).. dan biasanya hal yg seperti itu kadang agak susah untuk disingkirkan, apalagi mengingat hasrat annabelle nya sendiri akibat ilmu sesat itu sangat besar untuk mengambil nyawa org...
    yg saya agak kecewa, dalam film nya hanya disuguhkan awal kenapa boneka tsb menjadi seperti itu, saya pikir akan ada pasutri Ed & ... (lupa) yg muncul, ternyata mereka munculnya ketika annabele dibeli di toko kelontongan (yg ibu2 beli untuk anaknya yg perawat)..
    hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malah dalam film ini, boneka ini tidak bergerak loh, lebih kaku dari Chucky. Ini yang juga saya kritik, ia hanya bergerak karena dibawa atau digerakkan oleh Annabellenya. Overall, boneka ini hanya boneka biasa sebetulnya. Kalau bukan karena "hantu" yang disebut Annabelle tadi, lagi-lagi, boneka ini hanyalah boneka biasa yang diam di tempat. Kalau chucky kan kita bisa lihat sendiri, dia jalan-jalan sendiri, dsb. Sedangkan untuk kasus boneka yang "disukai" Annabelle ini benar-benar perantara dan "perawakan" nya saja. Trims

      Hapus
  4. maaf ada tambahan lagi, hihi,,, menurutku antara conjuring dan annabelle gak ada hubungan yang saling terkait walaupun kejadian annabelle lebih dahulu ada dibandingkan kejadian di conjuring,,, masing2 merupakan kisah yg berbeda, mengapa conjuring lebih seram, menurutku dikarenakan rumahnya lah yang bermasalah (rumah hantu), jadi wajar saja lebih seram, sedangkan annabelle hanya sebuah boneka yang menjadi t4 perantara (ntah kenapa hantunya gak pengen pindah boneka lain, udah pewe kali ya,wkwk),, dan yang menjadikan kedua film ini menjadi satu kesatuan yang seakan perlu diakitkan itu karena pasutri pengusir hantu itu (Ed&...)lupa.. hehe,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar. Ini memang cukup fatal, karena tidak secara "mudah" menjelaskan kepada penonton bahwa ini ada kaitannya, meski sedikit-dikitnya dan seabsurd-absurdnya bisa dibilang tetap ada.

      Bijaknya dan tepatnya, untuk mengetahuinya (meski agak dipaksakan) harus nonton langsung The Conjuring dan Annabelle. Penonton sendiri pun pasti sudah lupa-lupa scene2 di The Conjuring yang bisa mengarahkan hubungan ke film Annabelle. Trims

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer