RAHASIA
RAHASIA
“Perompak
bisa saja merusak kebun bunga. Tetapi mereka tidak akan bisa menahan datangnya
musim semi”
-Rocky Gerung-
Beberapa
hari yang lalu ada seorang rekan SMA menulis status Facebook dengan nada yang
resah untuk mempertanyakan asas demokrasi dalam pemilu. Meski begitu, ia
tuliskan keresahannya itu dengan sangat cerdas dengan melihat sisi yang tidak
pernah dilihat dari para Jurkam (baca: Juru Kampanye) di Facebook (yang menurut
saya dadakan juga sih). Dengannya, Asas LUBER JURDIL (Langsung, Bersih,
Rahasia, Jujur dan Adil) yang digunakan sebagai penyelenggaraan pemilu di
Indonesia nampaknya menunjukkan gejala lain. Dari kelima asas, mana yang paling
meresahkan? RAHASIA.
Fakta
sosial nya bisa kita lihat bersama, apalagi yang aktif di media sosial online
yang pasti dengan jelas sangat mengetahui banyak sekali pendukung-pendukung
yang juga dengan jelas-jelas mengumbar keberpihakannya yang seakan-akan absolut
terhadap salah satu pasangan Capres dan Cawapres. Keberpihakan itu merujuk pada
dua pasangan: No. 1 yakni Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dan No. 2 oleh Joko
Widodo dan Jusuf Kalla.
Saya
pun bisa dibilang kaget juga sewaktu mengetahui asas RAHASIA ini sepertinya
berubah haluan dalam diri calon pemilih. Setahu saya dari tahun 98, 2004, 2009
fenomena menjaga pilihan capres-cawapres oleh masing-masing calon pemilih
agaknya masih menjadi kultur politik masyarakat. Kalaupun ada yang dengan
jelas-jelas menyebutkan siapa memilih siapa karena alasan-alasan khusus dan
lain, itu urusan pribadi mereka. Setidaknya, di waktu-waktu itu masih sulit
untuk membuka RAHASIA calon pemilih bahwa mereka akan memilih siapa. Bahkan,
selama itu, tidak mudah tuh mencari tahu siapa yang ibu saya pilih dan ayah
saya pilih ketika itu. Mungkin bisa sama, bisa juga tidak. Setahu saya juga isu
yang marak di tahun-tahun itu hanya sebatas ajakan untuk minimal tidak golput.
Yang membosankan dan sangat disayangkan
adalah para Jurkam ini terkadang membuat black
campaign dengan cara menjelek-jelekkan capres-cawapres yang tidak akan dipilihnya.
Contonhnya? Ah, silahkan pembaca cari dan klasifikasikan sendiri. Sudah terlalu
banyak dan saya malas betul untuk membicarakannya disini, karena belum tentu
isu-isu tentang kejelekan kedua pasangan itu benar adanya. Malah mereka
mengumbar isu-isu tersebut seakan-akan seperti mengajak (dengan sangat tidak
sopannya) orang lain untuk memilih sesuai pilihannya.
Belum
lagi yang mengumbar RAHASIA ini adalah hampir seluruh kalangan dengan tingkat
pendidikan dan status sosial yang berbeda-beda pula. Lagipula, tidak kah kedua
pasangan capres-cawapres itu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan? Belum
tentu pilihan-pilihan absolut kita akan terbukti kedepannya. Pilihan kita bisa
jadi baik, bisa jadi juga buruk. Posisi penulis disini sama sekali tidak bermaksud
untuk menahan seluruh pilihan para pembaca, tetapi penulis hanya mengajak untuk
MENJAGA salah satu asas politik dalam pemilu ini yang bernama RAHASIA.
Namun,
bila dilihat sisi positifnya, saya ingat apa yang Rocky Gerung pernah katakan
di salah satu acara TV pada tahun 2012 tentang optimisme bahwa politik akan
kembali ke pangkuan pemilik aslinya yaitu rakyat. Dan sekarang kita sedang
sama-sama rasakan gejala itu meski masih dalam tahap euforia menurut saya. Terlebih, masih jauh lebih baik ketimbang
rakyat yang menjadi Apolitis.
Di
titik ini, saya pun memiliki pilihan dan saya akan tetap jaga rahasia pilihan
saya. Karena tugas saya sebagai calon
pemilih adalah menguji, menguji dan menguji kelayakan calon pilihan saya sampai
pada akhirnya saya berada di belakang tirai kotak suara. Saya secara pribadi
berharap bahwa siapapun capres dan cawapres yang akan terpilih (bukan sekedar
dalam frasa MENANG) akan membawa Indonesia lebih baik, lebih baik dan lebih
baik. Karena saya percaya harapan, pikiran-pikiran baik, dan nurani bangsa
membuat Indonesia akan tetap hidup.
Komentar
Posting Komentar